Santri Siap Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan

Oleh : H. Ade Irawan, MM ( Ketua LPBI NU Kabupaten Bogor )

Peringatan Hari Santri 22 Oktober setiap tahunnya memberi kesan semua mendadak santri. Namun sesungguhnya tidak demikian, pemaknaan hari santri memang tergantung dalam persepsi masing-masing individu, ada yang berpandangan jika HSN ini hanya milik mereka yang pesantren, namun menyitir ungkapan Kyai Haji Mustofa Bisri atau yang lebih dikenal dengan sapaan Gus Mus memiliki definisi sendiri tentang santri. Menurut Gus Mus, santri tidak sekedar orang yang tinggal di pesantren, melainkan setiap orang yang memiliki akhlak dan sifat yang baik serta hormat kepada gurunya.

Pengertian tersebut semakin menjelaskan, bahwa santri adalah semua orang yang memiliki akhlak mulia, rajin ibadah, tinggi pengetahuan agamanya, menghormati gurunya, dan menerapkan sifat-sifat Nabi dalam kehidupan sehari-hari.

Penetapan 22 Oktober merujuk pada tercetusnya “Resolusi Jihad” yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi Jihad ini kemudian melahirkan peristiwa heroik tanggal 10 Nopember 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan.

Sejak ditetapkan pada tahun 2015, kita pada setiap tahunnya selalu rutin menyelenggarakan peringatan Hari Santri dengan tema yang berbeda. Untuk tahun ini, tema HSN adalah Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan. Makna ini begitu dalam, mengapa demikian penulis melihat ada banyak makna yang terkandung, sebagaimana kita ketahui Bersama bangsa Indonesia beberapa waktu ini masih dihadapkan pada banyak persoalan, hampir 2 tahun lalu bencana kemanusian berupa covid-19 menerpa negeri tercinta kita bahkan di seluruh Dunia.

Belum berhenti disitu, menurut perkiraan banyak ahli akan ada gelombang resesi ekonomi dan dampak ikutannya. Namun, dampak yang tengah dihadapkan kepada kita dalam waktu dekat adalah persoalan iklim atau lingkungan. Sejak beberapa waktu lalu, berbagai fenomena alam tengah bergerak melewati Indonesia. Yang terbaru, berbagai bencana mulai dari Banjir dan Longsor menerpa Kota dan Kabupaten Bogor bahkan dibeberapa titik di Kota dan Kab di Indonesia.

Kondisi ini tentu semakin nyata, Ketika datangnya tiba-tiba. Maka dari itu, ada beberapa hal pokok yang mesti dimiliki oleh seluruh masyarakat utamanya Santri, yaitu pengetahuan atau mitigasi terkait beberapa bencana yang kerap terjadi.

Berkaitan dengan tema besar diatas santri harus siap sedia Berdaya, artinya mampu hadir dalam berbagai kondisi, jangan sampai justru santri malah menjadi penyebab ketidak berdayaan itu alias menjadi objek yang dibantu. Santri juga bukan orang yang melulu mengikuti tanpa bertanya dasar atas apa yang diperintahkan, justru santri mampu memilah juga persoalan yang memang kurang baik, oleh karenanya Santri menjadi individu yang pas dalam soal berdaya, karena semua telah diajarkan di Pesantren, soal etika, ilmu agama dan keilmuan lainnya oleh para kiyai.

Hal yang tak kalah penting lainnya, Santri mampu dan siap sedia Menjaga Martabat Kemanusiaan, ini yang paling penting bagaimana persoalan kekerasan dalam lingkup Pendidikan keagamaan masih terjadi, padahal Lembaga Pendidikan keagamaan merupakan Lembaga yang teramat mulia sebagai wadah candradimuka pembentukan manusia yang paripurna baik lahir dan bathin. Bukan hanya itu, peran santri sangat dibutuhkan sebagai agent of trust dari berbagai pandangan miring atas apa yang terjadi dalam lingkup Lembaga Pendidikan keagamaan. Santri harus bisa mengambarkan sosok yang humanis, cekatan, beretika, adab yang luhur dan bisa menjadi sahabat bagi semua orang dengan segala perbedaannya. Karena menjaga martabat kemanusian sejatinya adalam merawat Merawat Jagat, Membangun Peradaban. Semoga hari santri tahun 2022 ini memberikan momentum untuk terus Kembali kepada fitrah yang suci akan pentingnya menjaga risalah kemanusian sebagai hamba yang berjanji untuk selalu menjaga bumi ini dengan sebaik-baiknya. (*)

Comments (0)
Add Comment