Oleh: KH Bundari Abas
Pimpinan Ponpes Raudhatul Falah Al Hasanah Jasinga ( Ketua Rois Syuriah PCNU Kabupaten Bogor
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, tak terasa kita telah memasuki fase kedua di bulan suci Ramadhan ini. Fase pertama 10 hari pertama Ramadhan telah memberikan kita banyak hikmah yaitu bagaimana kita menjadi insan yang shaleh dan bersabar atas apa yang allah perintahkan kepada hambanya yaitu berpuasa, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al Baqarah ayat 183 yang berbunyi:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Kunci berpuasa tentulah ada pada hamba yang beriman, karena tanpa rasa iman tidak mungkin seorang hamba mau berpuasa padahal itu sangat berat. Mengapa berat, dirinya harus menahan rasa lapar dan haus dan bukan hanya itu saja godaan yang paling berat adalah bagaimana dia harus bisa menahan hawa nafsu atau syahwat yang memang ada dalam diri seseorang.
Ramadhan adalah bulan dimana awalnya rahmat, tengahnya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Siapa yang meringankan beban orang lain maka Allah subhanahu wata’ala mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan ucapan selamat kepada umat Islam di awal bulan Ramadhan untuk mengingatkan akan keutaman bulan penuh berkah ini.
“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad, shahih)
Maka dari itu, saat seorang muslim menjalankan puasa pastilah didasari keimanan akan kebenaran Al Qur’an dan keimanan atas status wajibnya perintah berpuasa dalam ayat di atas. Dengan menjadikan keimanan sebagai motivasi satu-satunya dalam berpuasa, seorang muslim akan memiliki kekuatan untuk menahan diri dari makan dan minum selama seharian dan menjaga nafsunya. Hal itu karena ia sadar bahwa berpuasa merupakan sarana mendekatkan dirinya kepada Allah ta’ala. Dan akan berlaku baginya ampunan Allah. Sebagaimana hadis yang berbunyi :
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).
Karena Allah menyediakan waktu atau suasana untuk seorang hamba bermohon ampun, maka sejatinya kesempatan ini harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya agar perdikat menjadi hamba yang fitrah atau suci dapat tersemat dalam diri setiap muslim. Bahkan pertaubatan ini akan menjadi sebuah fase keberuntungan yang sudah Allah janjikan dalam al quran seperti : “Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nur [24]: 31).
Oleh karena itu, di bulan Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah subhanahu wata’ala. Mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka. Taubat dan istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat maghfirah (ampunan), rahmat dan karunia Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 52.
Artinya: Dan (Hud berkata), “Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa.” (QS. Hud [11]: 52).
Untuk itu, sudah sewajahnya kita terus berlomba-lomba mencari atau bahkan meminta ampunan yang sesuangguhnya dimana waktu ampunan ini telah dibuka bahkan diberi khusus untuk permohonan ampunan bagi setiap pendosa atau orang-orang yang pernah melakukan kekhilafan. Karena Allah maha pengampun atas segala apapun perbuatan dosa hambanya, tinggal apakah kita mau membersihkan diri kita dari lumuran dosa yang ada. Subhanaka inni kuntum minal dzolimin.
Wallahul muwaffiq ila aqwamit-tharieq
Wassalamu’alaikum Wr Wb.