News, Education & Lifestyle

Pernah Ketika Setelah Melakukan Dosa, Merasa Hilang Hasrat Beribadah? Mungkin Ini Alasannya!

240

Oleh : Muhammad Sobarudin

Jika berbicara tentang ibadah dan dosa, pernahkah kalian kehilangan Hasrat beribadah setelah melakukan perbuatan dosa atau melakukan hal-hal kemaksiatan? Misalkan awalnya semangat melaksanakan ibadah wajib bahkan sunnahnya, namun rasa semangat itu hilang Ketika setelah melakukan perbuatan dosa.

Dalam kitab Al-Hikam karya Syaikh Ibn ‘Atha’illah as-Sakandari pada hikmah pertama tertulis:

من علامة الاعتماد على العمل نقصان الرجاء عند وجود الزلل

“Salah satu tanda bergantungnya seseorang kepada amalnya adalah kurangnya Raja’ (harapan terhadap rahmat Allah) tatkala ia mengalami kegagalan (dosa).”

Jadi guna meraih Ridha Allah SWT, seorang muslim wajib beramal. Namun dalam waktu yang bersamaan diwajibkan pula untuk tidak menyandarkan diri kepada amalnya itu semata. Semua ini dimaksudkan agar dapat sampai kepada keridhaannya. Sebab, betapapun seorang muslim itu telah melaksanakan suatu amalan, ia tidak akan pernah mampu untuk menunaikan apa yang menjadi ‘hak Allah’ secara utuh.

Melihat dampaknyapun begitu sangat merugikan. karena jika ibadah yang kita lakukan tidak atas dasar untuk mendapatkan keridhaanya, akan selalu datang rasa hampa dan galau yang mendalam setelah melakukan dosa yang seakan-akan tidak ada rasa harap terhadap kasih sayang atau rahmat Allah SWT.

Dan jika merujuk ke ke hadits pun, ada perintah dan anjuran Ketika kita terlanjur melakukan suatu kemaksiatan. Dari Abu Dzar Al Ghifari ra, ia berkata: ‘Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

اتق الله حيثما كنت ، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن

“Bertaqwalah kamu dimanapun kamu berada, dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik yang tentu akan menghapusnya. Serta bergaulah sesama manusia dengan ahlak yang baik.” (HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987, ia berkata: ‘hadits ini hasan shahih’)

Di poin kedua “iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik yang tentu akan menghapusnya”, menjelaskan bahwa seburuk apapun hal yang kita lakukan, segeralah setelahnya berbuat hal baik yang mana hal baik itu akan menghapus keburukan yang sebelumnya telah kita lakukan.

Dan dalam potongan ayat Al-Quran juga, berbunyi:

 إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar” (QS. Al-Ankabut:45)

Dari potongan ayat diatas menegaskan bahwa untuk meminimalisir bahkan menghapus perbuatan buruk, laksanakanlah shalat dengan tata caranya yang benar. Jika sholatnya sudah benar sesuai tuntunan rosul maka dipastikan orang yang melaksanakan sholat tersebut akan terhindar dari perbuatan keji dan munkar; jadi jika seseorang melaksanakan sholat tetapi masih melakukan perbuatan keji dan munkar berarti ada masalah dengan sholatnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.