News, Education & Lifestyle

Peran Teknologi dalam Membantu Melestarikan dan Melindungi Warisan Budaya

50

Jakarta – Humas BRIN. Keberadaan teknologi seperti digitalisasi, control jarak jauh, pencitraan satelit sangat penting untuk membantu melestarikan dan melindungi warisan budaya. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Riset Masyarakat dan Budaya (PRMB) BRIN, Lilis Mulyani, dalam webinar International Forum on Spice Route (IFSR) 2023 pada Kamis (21/9).

“Namun kekhawatiran dampak teknologi terhadap warisan budaya, seperti potensi perampasan budaya dan hilangnya keaslian budaya juga menghantui kita semua. Hal tersebut menggambarkan, bagaimanapun globalisasi saat ini mempunyai dampak yang signifikan terhadap warisan budaya,” terang Lilis dalam kegiatan bertema Reconnecting the Spice Routes: The Contribution of Maritime Southeast Asia to Global Transformation tersebut.

Lilis kemudian menuturkan bahwa kemudahan ekspor barang hingga ekspor pemikiran dan budaya antar negara, menantang para intelektual untuk mempertahankan kepemilikan dan keaslian budayanya. Hal ini menimbulkan perdebatan tentang cara mengelola warisan budaya di dunia yang terglobalisasi.

Selain Lilis, diskusi ini juga menghadirkan panelis handal dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya keynote speech Itje Chodidjah dari Indonesian National Commision for UNESCOdan Fridus Steijlen dari KITLV (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies). Panel ini juga membahas potensi sekaligus tantangan yang dihadapi para pengelola warisan budaya di masa depan seperti meningkatnya permintaan akan wisata budaya seiring dengan berkembangnya industri. Hal lainnya yakni bangkitnya nasionalisme yang berujung pada bangkitnya kembali minat terhadap budaya nasional dan daerah. Lalu ada lagi terkait geopolitik warisan dalam konteks hubungan internasional.

Dalam IFSR hari kedua ini dibagi dalam dua sesi panel, pada sesi panel pertama, banyak membahas materi tentang berbagai jenis rempah-rempah dari Indonesia, mulai dari jahe, gula, kopi, kunyit, temulawak, cengkeh, dan beras. Di samping itu dibahas juga peran rempah-rempah dalam meningkatkan mikrobioma usus selama menopause; industri pabrik gula di perkebunan tebu Tegal dan distribusinya ke Eropa (1832-1930); memanggang kopi dengan kayu bakar azadirachta indica dalam sebuah metode untuk mengurangi keasaman dan kafein; serta potensi soto betawi untuk memperkenalkan rempah-rempah Indonesia.

Sementara itu pada sesi panel kedua dibahas isu-isu terkait wacana publik dan perdebatan dalam pengelolaan warisan budaya seperti pelestarian dan akses terhadap warisan budaya. Dijelaskan, kita harus memiliki aturan yang jelas terkait siapa yang harus memainkan peran utama dalam melindungi dan melestarikan warisan budaya. Hal itu apakah pemerintah/negara, pihak swasta, atau komunitas lokal. Hal tersebut bertujuan untuk menangani ancaman besar akibat perubahan iklim seperti kenaikan permukaan air laut, kejadian cuaca ekstrem, dan perubahan pola curah hujan yang dapat merusak atau menghancurkan situs warisan budaya. (Ngd/edt. akb)

Leave A Reply

Your email address will not be published.